Oke, hari ini gw dipanggil Kepala Sekolah untuk mengikuti Training Motivasi (lagi, untuk yang kesekian-kalinya). Sampe detik inipun gw masi nggak habis pikir kenapa Kepala Sekolah tercinta ini nggak kenal kata nyerah juga, padahal jelas banget prektek dilapangan membuktikan kalo guru pengajar kelas XII aja udah patah arang. Diliat dari sisi muridnya juga udah bener-bener nggak ketolong, kita bener-bener nggak punya lagi semangat juang buat UAN. Dengan gembar-gembor membicarakan tentang benefit dari Training motivasi tersebut, tentang prestasi SMA gw dan namanya yang akan melambung jika angkatan gw sekarang bisa 100% lulus, hingga... mendatangkan sekelompok tim PSIKOLOG! Memang sekilas nggak ada yang salah dengan psikolog, dan jujur aja gw juga minat jadi psikolog, tapi ini sudah kelewat batas. Ketika Dokter umum atau Dokter biasa dikategorikan sebagai Dokter Fisik, Psikolog serta Pskiater dan semacamnya adalah dokter dalam bidang kejiwaan. Kalo masi belum kebuka juga tabir "kesalahan" dipanggilnya gw untuk menghadap Psikolog, gw kasi ilustrasinya.
Premis 1 : Kepala Sekolah memanggil Psikolog
untuk mengatasi problem murid-muridPremis 2 : Jasa Psikolog digunakan untuk mengobati orang yang
mengalami gangguan mental
Kalo gw terjemahkan dalam bahasa gw sendiri, artinya sang Kepala Sekolah pun menganggap kami para Siswa sebagai orang yang mengalami gangguan kejiwaan. Hellooo, ngaca dong buu! Siapa yang ngadain pembangunan nyeleneh macam wastafel di samping ruang Wakil Kepala Sekolah, yang letak wastafelnya tepat di depan tangga dan berada tepat di pintu masuk lorong lantai 1. Sumpah bu itu nggak strategis banget! Terus apa itu maksudnya memotong lahan parkir motor untuk dijadikan "Cafe-Cafe-an" ? Siapa yang cacat mental sekarang?
Mungkin konteksnya harus diubah. Kami para murid bukanlah orang yang mengalami gangguan mental maupun kejiwaan, melainkan sekelompok anak yang mengerti bagaimana caranya bersenang-senang dan menikmati masa muda. Deal with it!
Well, walaupun pada akhirnya gw pun bisa meraup keuntungan dengan bisa konsul gratis dan melupakan kenangan pahit itu, tetap saja masi ada rasa mengganjal dibalik rencana aneh Kepala Sekolah "waras" itu. Untung aja si Psikolog ngajarin gw untuk bisa mensyukuri apapun yang kita dapet, baik itu berkah maupun cobaan. Berhubung hari sudah malam dan gw pengen ngebayar utang tidur kemaren(yang malah nambah), i'm going to off soon. This' the end of today and see ya!

Tidak ada komentar:
Posting Komentar